BUDAYA MOJOKERTO
A. Wisata Budaya di Mojokerto
Di mojokerto banyak wisata budaya yang bisa dikunjungi, diantaranya adalah :
1. Reco Lanang
Reco Lanang adalah Arca yang terbuat dari batu andesip dengan ukuran
tinggi 5,7 meter ini merupakan gambaran dari perwujudan salah satu Dhani
Budha yang disebut Aksobnya yang menguasai arah mata angin sebelah
timur. Agama Budha Mahayana mengenal adanya beberapa bentuk kebudhaan
yaitu Dhyani Bodhisatwa dan manusi Budhi. Dhyani Budha digambarkan dalam
perwujudan Budha yang selalu bertafakur dan berada di langit. Dengan
kekuatannya ia memancarkan seorang manusi Budha yang bertugas
mengajarkan dharma di dunia. Tugas manusi budha berakhir setelah wafat
dan kembali ke Nirwana. Demi kelangsungan ajaran dharma, Dhyani Budha
memancarkan dirinya lagi ke dunia yaitu ke Dhyani Boddhisatwa. Setiap
jaman mempunyai rangkaian Dhyani Budha, Boddhisatwa dan Manusi Budha. Di
wilayah Trowulan sekarang sudah banyak pemahat-pemahat yang membuat
arca seperti peninggalan kerajaan Majapahit,sehingga tidak sedikit orang
dari luar daerah bahkan luar negeri yang memesan patung-patung seperti
patung peninggalan dari kerajaan Majapahit.
2. Candi Bajang Ratu
Gapura yang berbentuk PADU RAKSA ini mempunyai tiga bagian : kaki,
tubuh, dan atap. Mempunyai sayap dan pagar tembok di kedua sisinya. Ada
hiasan pada bagian atap berupa Kepala Kala diapit Singa. Relief
Matahari, Naga berkaki, Kepala Garuda, dan Relief bermata satu. Di
bagian kaki menggambarkan cerita Sri Tanjung mempunyai fungsi sebagai
pelindung atau penolak marabahaya dan pada sayap kanan dihiasi relief
cerita Ramayana. Kanan kiri pintu diberi pahatan berupa binatang
bertelinga panjang. Gapura ini ada hubungannya dengan Raja Jayanegara.
Gapura Bajangratu dibangun dari bata yang direkatkan satu sama lainnya
degan sistem gosok, kecuali pada ambang pintu dan anak tangga terbuat
dari batu andesit. Denah bangunan berbentuk empat persegi panjang
berukuran panjang 11,5 m, lebar 10,5 m. Tinggi bangunan 16,5 m dan
lorong pintu masuk lebarnya 1,4 m. Lokasinya berada du Dukuh Kraton,
Desa Temon, Kecamatan Trowulan.
3. Candi Tikus
Candi Tikus merupakan replika atau lambang Mahameru. Candi ini disebut
Candi Tikus karena sewaktu ditemukan merupakan tempat bersarangnya tikus
yang memangsa padi petani. Di tengah Candi Tikus terdapat miniatur
empat buah candi kecil yang dianggap melambangkan Gunung Mahameru tempat
para dewa bersemayam dan sumber segala kehidupan yang diwujudkan dalam
bentuk air mengalir dari pancuran-pancuran/jaladwara yang terdapat di
sepanjang kaki candi. Air ini dianggap sebagai air suci amrta, yaitu
sumber segala kehidupan.
Arsitektur bangunan melambangkan kesucian Gunung Mahameru sebagai tempat
bersemayamnya para dewa. Menurut kepercayaan Hindu, Gunung Mahameru
merupakan tempat sumber air Tirta Amerta atau air kehidupan, yang
dipercaya mempunyai kekuatan magis dan dapat memberikan kesejahteraan,
dari mitos air yang mengalir di Candi Tikus dianggap bersumber dari
Gunung Mahameru. Lokasinya berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan,
Kabupaten Mojokerto.
4. Kolam Segaran
Kolam segaran merupakan bangunan kolam kuno terbesar yang mencerminkan
kemampuan Kerajaan Mojopahit beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut
cerita kolam ini digunakan untuk rekreasi dan menjamu tamu-tamu Kerajaan
Mojopahit. Orang yang pertama kali menemukan kolam ini adalah Ir. Henry
Maclain Pont pada tahun 1926. Bentuk denah kolam empat persegi panjang
berukuran panjang 375 m dan lebar 125 m. Dinding kolam setinggi 3,16 m,
sementara lebarnya 1,6 m. Lokasinya berada di Dukuh Trowulan, Desa
Trowulan, Kecamatan Trowulan.
5. Candi Wringin Lawang
Candi ini diperkirakan sebagai pintu gerbang utama untuk masuk ke
komplek kerajaan Majapahit. Bentuknya berupa gapura belah ( candi Bentar
). Bangunan ini terbuat dari batu bata dengan ukuran tinggi 13,7 m
panjang 13 m lebar 11m. Menurut cerita rakyat gapura Wringin Lawang
merupakan salah satu gapura masuk ke alun-alun Mojopahit. Di dekat
gapura dahulu juga dilengkapi dengan paseban, yaitu tempat menunggu bagi
orang-orang yang akan sowan kepada raja. Candi ini dikenal dengan Candi
Wringin Lawang, konon dulu didekat candi ini tumbuh dua pohon beringin
berjajar yang besar. Candi ini terletak di Desa Jati Pasar, Kecamatan
Trowulan, Mojokerto.
6. Pendopo Agung
Pendopo Agung Mojokerto adalah sebuah bangunan khusus khas nuansa
Mojopahit dan sering difungsikan sebagai tempat pertunjukan kesenian,
studi tour, lomba, tempat pertemuan dengan suasana yang teduh dan nyaman
juga sebagai tempat untuk istirahat/rekreasi. Lokasinya berada di Desa
Temon, Kecamatan Trowulan. Tempat tersebut diyakini sebagai pusat
kerajaan Majapahit. Bagian bangunan asli yang masih tersisa dari Pendopo
Agung hanya 26 buah umpak (batu penyangga tiang) saja, sedangkan
bangunan Pendopo Agung yang sekarang berdiri merupakan bangunan baru. Di
pendopo ini pula, diyakini Mahapatih Gajah Mada dahulu mengikrarkan
Sumpah Palapa (Palapa kemudian dipakai sebagai nama satelit komunikasi
pertama yang ‘menyatukan’ komunikasi di seluruh Indonesia). Di depan
Pendopo Agung, di sebelah kiri, terdapat patung sang Mahapatih, dan di
depan pendopo terdapat patung Raden Wijaya.
7. Candi Jalatunda
Candi ini terletak di lereng Gunung Bekal, salah satu puncak dari
pegunungan Penanggungan. Tepatnya di Desa Seloliman Kecamatan Trawas.
Bangunannya terbuat dari batu kali dengan ukuran panjang 16,85 m lebar
13,52 m tinggi 5,20 m. Menurut data sejarah candi ini menunjukkan angka
tahun 977 M, dan di sebelah kiri dinding belakang candi terdapat tulisan
GEMPENG,disamping itu di sebelah sudut tenggara juga ada tulisannya.
Menurut ahli sejarah dikatakan bahwa candi ini merupakan petirtaan yang
dipersiapkan untuk Raja Udayana yaitu raja Bali yang mempersunting putri
Gunapriyadharmapatni dari Jawa dan dari hasil perkawinan ini pada tahun
991 lahirlah Airlangga. Jadi tahun 997 menunjukkan tahun pembuatannya.
8. Makam Troloyo
Obyek utamanya adalah Makam Sayyid Muhammad Jumadil Qubro (Syech Jumadil
Kubro). Syech Jumadil Kubro adalah kakek dari Sunan Ampel. Beliau
adalah ulama dari Persia yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Makamnya pertama kali diberi cungkup oleh tokoh masyarakat setempat
bernama KH Nawawi pada tahun 1940. Di kompleks makam troloyo terdapat
dua kelompok makam, yaitu kelompok makam bagian depan, terdiri dari
makam Wali Songo dan Kelompok Makam Syech Jumadi Kubro. Kelompok makam
inilah yang paling banyak dikunjungi peziarah. Dan kelompok makam bagian
belakang terdiri dari dua cungkup, yaitu cungkup pertama makam Raden
Ayu Anjasmara dan makam Raden sering disebut sebagai kubur pitu.
B. Kesenian di Mojokerto
1. Kesenian Bantengan
Kesenian rakyat Bantengan berasal dari Kecamatan Pacet tepatnya di desa
Made yang dahulunya merupakan desa yang berdekatan dengan lereng Gunung
Welirang. Konon kawasan hutan tersebut banyak hidup bermacam-macam hewan
liar termasuk diantaranya Banteng yang saat ini sudah punah. Pada saat
itu, seorang penduduk desa Made yang bernama Paimin tengah memasuki
hutan dan mendapatkan seonggok kerangka Banteng yang masih lengkap.
Kerangka Banteng itu dengan susah payah dibawah pulang dan dibersihkan
kemudian ditempatkan di salah satu tempat rumahnya. Dari kejadian itu
Paimin mendapat inspirasi untuk mengenang satwa Banteng dengan sebuah
atraksi Atraksi itu dimainkan dua orang, 1 orang didepan memainkan
kepala dan sekaligus sebagai kaki depan dan 1 orang dibelakang sebagai
pinggul sekaligus sebagai kaki belakang. Antraksi gerakannya
menggambarkan, gerakan-gerakan dan sikap banteng sewaktu sedang
berkelahi. Untuk menyemarakkan atraksi itu dilengkapi dengan musik
terbang dan jidor.
2. Kesenian Ujung
Kesenian Ujung tumbuh menjadi kesenian rakyat sebagai visualisasi
perjuangan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, pada saat
mengalahkan bala tentara Tartar. Dalam atraksi kesenian ujung, dua orang
petarung atau lebih melakukan aksi saling cambuk satu sama lain
menggunakan rotan. Pertarungan dilakukan secara sportif dan dalam
suasana bersahabat meski terkadang sampai bercucuran darah. Rotan adalah
simbol senjata "Sodo Lanang" yang digunakan Raden Wijaya dalam
pertempuran melawan bala tentara Tar-tar.
3. Kesenian Ludruk
Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah
grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita
tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain
sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan
sebagai musik. Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan
membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski
terkadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang,
Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan
pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang
becak, peronda, sopir angkotan,dll). Sebuah pementasan ludruk biasa
dimulai dengan Tari Remo dan diselingi dengan pementasan seorang tokoh
yang memerakan "Pak Sakera", seorang jagoan Madura.
sumber:(http://milha-syifa.blogspot.com/2011/05/kebudayaan-di-mojokerto.html)
MAKANAN KHAS MOJOKERTO
Onde-onde, makanan yang satu ini paling cocok di santap ketika sore
hari sehabis hujan, saat dalam kondisi hangat ditemani teh melati panas.
nikmat banget :-). Bagian luar yang gurih renyah bertabur wijen dan isi
kacang hijau yang manis lembut dengan parutan kelapa menjadi paduan
yang klop.
kalau dulu Onde-onde pasti isi kacang, sekarang sudah banyak variasi
rasa, bentuk dan harga tentunya, dari harga 500 rupiah yang agak kenyal
sedikit bila di kunyah, sampai 3000 juga ada. semua kembali kepada
selera masing2.
Untuk harga yang murah bisa dijumpai di alun-alun mojokerto, biasanya
pedagang mulai buka ketika jam menunjukkan angka 18.00 wib sampai pukul
22.00 wib setiap hari. sedangkan untuk yang lebih gurih dan enak dengan
ukuran yang agak besar bisa didapatkan di toko kue sekitaran jalan
protokol di mojokerto.
Sumber: (http://iwanobiwan.blogdetik.com/2012/02/06/makanan-khas-mojokerto/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar