SELAMAT DATANG

Rabu, 13 Agustus 2014

KOTA MOJOKERTO

 BUDAYA MOJOKERTO

A. Wisata Budaya di Mojokerto
Di mojokerto banyak wisata budaya yang bisa dikunjungi, diantaranya adalah :
1. Reco Lanang
Reco Lanang adalah Arca yang terbuat dari batu andesip dengan ukuran tinggi 5,7 meter ini merupakan gambaran dari perwujudan salah satu Dhani Budha yang disebut Aksobnya yang menguasai arah mata angin sebelah timur. Agama Budha Mahayana mengenal adanya beberapa bentuk kebudhaan yaitu Dhyani Bodhisatwa dan manusi Budhi. Dhyani Budha digambarkan dalam perwujudan Budha yang selalu bertafakur dan berada di langit. Dengan kekuatannya ia memancarkan seorang manusi Budha yang bertugas mengajarkan dharma di dunia. Tugas manusi budha berakhir setelah wafat dan kembali ke Nirwana. Demi kelangsungan ajaran dharma, Dhyani Budha memancarkan dirinya lagi ke dunia yaitu ke Dhyani Boddhisatwa. Setiap jaman mempunyai rangkaian Dhyani Budha, Boddhisatwa dan Manusi Budha. Di wilayah Trowulan sekarang sudah banyak pemahat-pemahat yang membuat arca seperti peninggalan kerajaan Majapahit,sehingga tidak sedikit orang dari luar daerah bahkan luar negeri yang memesan patung-patung seperti patung peninggalan dari kerajaan Majapahit.


2. Candi Bajang Ratu
Gapura yang berbentuk PADU RAKSA ini mempunyai tiga bagian : kaki, tubuh, dan atap. Mempunyai sayap dan pagar tembok di kedua sisinya. Ada hiasan pada bagian atap berupa Kepala Kala diapit Singa. Relief Matahari, Naga berkaki, Kepala Garuda, dan Relief bermata satu. Di bagian kaki menggambarkan cerita Sri Tanjung mempunyai fungsi sebagai pelindung atau penolak marabahaya dan pada sayap kanan dihiasi relief cerita Ramayana. Kanan kiri pintu diberi pahatan berupa binatang bertelinga panjang. Gapura ini ada hubungannya dengan Raja Jayanegara. Gapura Bajangratu dibangun dari bata yang direkatkan satu sama lainnya degan sistem gosok, kecuali pada ambang pintu dan anak tangga terbuat dari batu andesit. Denah bangunan berbentuk empat persegi panjang berukuran panjang 11,5 m, lebar 10,5 m. Tinggi bangunan 16,5 m dan lorong pintu masuk lebarnya 1,4 m. Lokasinya berada du Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan.


3. Candi Tikus
Candi Tikus merupakan replika atau lambang Mahameru. Candi ini disebut Candi Tikus karena sewaktu ditemukan merupakan tempat bersarangnya tikus yang memangsa padi petani. Di tengah Candi Tikus terdapat miniatur empat buah candi kecil yang dianggap melambangkan Gunung Mahameru tempat para dewa bersemayam dan sumber segala kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk air mengalir dari pancuran-pancuran/jaladwara yang terdapat di sepanjang kaki candi. Air ini dianggap sebagai air suci amrta, yaitu sumber segala kehidupan.
Arsitektur bangunan melambangkan kesucian Gunung Mahameru sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Menurut kepercayaan Hindu, Gunung Mahameru merupakan tempat sumber air Tirta Amerta atau air kehidupan, yang dipercaya mempunyai kekuatan magis dan dapat memberikan kesejahteraan, dari mitos air yang mengalir di Candi Tikus dianggap bersumber dari Gunung Mahameru. Lokasinya berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

4. Kolam Segaran
Kolam segaran merupakan bangunan kolam kuno terbesar yang mencerminkan kemampuan Kerajaan Mojopahit beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut cerita kolam ini digunakan untuk rekreasi dan menjamu tamu-tamu Kerajaan Mojopahit. Orang yang pertama kali menemukan kolam ini adalah Ir. Henry Maclain Pont pada tahun 1926. Bentuk denah kolam empat persegi panjang berukuran panjang 375 m dan lebar 125 m. Dinding kolam setinggi 3,16 m, sementara lebarnya 1,6 m. Lokasinya berada di Dukuh Trowulan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan.


5. Candi Wringin Lawang

Candi ini diperkirakan sebagai pintu gerbang utama untuk masuk ke komplek kerajaan Majapahit. Bentuknya berupa gapura belah ( candi Bentar ). Bangunan ini terbuat dari batu bata dengan ukuran tinggi 13,7 m panjang 13 m lebar 11m. Menurut cerita rakyat gapura Wringin Lawang merupakan salah satu gapura masuk ke alun-alun Mojopahit. Di dekat gapura dahulu juga dilengkapi dengan paseban, yaitu tempat menunggu bagi orang-orang yang akan sowan kepada raja. Candi ini dikenal dengan Candi Wringin Lawang, konon dulu didekat candi ini tumbuh dua pohon beringin berjajar yang besar. Candi ini terletak di Desa Jati Pasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.


6. Pendopo Agung
Pendopo Agung Mojokerto adalah sebuah bangunan khusus khas nuansa Mojopahit dan sering difungsikan sebagai tempat pertunjukan kesenian, studi tour, lomba, tempat pertemuan dengan suasana yang teduh dan nyaman juga sebagai tempat untuk istirahat/rekreasi. Lokasinya berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan. Tempat tersebut diyakini sebagai pusat kerajaan Majapahit. Bagian bangunan asli yang masih tersisa dari Pendopo Agung hanya 26 buah umpak (batu penyangga tiang) saja, sedangkan bangunan Pendopo Agung yang sekarang berdiri merupakan bangunan baru. Di pendopo ini pula, diyakini Mahapatih Gajah Mada dahulu mengikrarkan Sumpah Palapa (Palapa kemudian dipakai sebagai nama satelit komunikasi pertama yang ‘menyatukan’ komunikasi di seluruh Indonesia). Di depan Pendopo Agung, di sebelah kiri, terdapat patung sang Mahapatih, dan di depan pendopo terdapat patung Raden Wijaya.

7. Candi Jalatunda
Candi ini terletak di lereng Gunung Bekal, salah satu puncak dari pegunungan Penanggungan. Tepatnya di Desa Seloliman Kecamatan Trawas. Bangunannya terbuat dari batu kali dengan ukuran panjang 16,85 m lebar 13,52 m tinggi 5,20 m. Menurut data sejarah candi ini menunjukkan angka tahun 977 M, dan di sebelah kiri dinding belakang candi terdapat tulisan GEMPENG,disamping itu di sebelah sudut tenggara juga ada tulisannya.
Menurut ahli sejarah dikatakan bahwa candi ini merupakan petirtaan yang dipersiapkan untuk Raja Udayana yaitu raja Bali yang mempersunting putri Gunapriyadharmapatni dari Jawa dan dari hasil perkawinan ini pada tahun 991 lahirlah Airlangga. Jadi tahun 997 menunjukkan tahun pembuatannya.

8. Makam Troloyo
Obyek utamanya adalah Makam Sayyid Muhammad Jumadil Qubro (Syech Jumadil Kubro). Syech Jumadil Kubro adalah kakek dari Sunan Ampel. Beliau adalah ulama dari Persia yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Makamnya pertama kali diberi cungkup oleh tokoh masyarakat setempat bernama KH Nawawi pada tahun 1940. Di kompleks makam troloyo terdapat dua kelompok makam, yaitu kelompok makam bagian depan, terdiri dari makam Wali Songo dan Kelompok Makam Syech Jumadi Kubro. Kelompok makam inilah yang paling banyak dikunjungi peziarah. Dan kelompok makam bagian belakang terdiri dari dua cungkup, yaitu cungkup pertama makam Raden Ayu Anjasmara dan makam Raden sering disebut sebagai kubur pitu.

B. Kesenian di Mojokerto

1. Kesenian Bantengan
Kesenian rakyat Bantengan berasal dari Kecamatan Pacet tepatnya di desa Made yang dahulunya merupakan desa yang berdekatan dengan lereng Gunung Welirang. Konon kawasan hutan tersebut banyak hidup bermacam-macam hewan liar termasuk diantaranya Banteng yang saat ini sudah punah. Pada saat itu, seorang penduduk desa Made yang bernama Paimin tengah memasuki hutan dan mendapatkan seonggok kerangka Banteng yang masih lengkap. Kerangka Banteng itu dengan susah payah dibawah pulang dan dibersihkan kemudian ditempatkan di salah satu tempat rumahnya. Dari kejadian itu Paimin mendapat inspirasi untuk mengenang satwa Banteng dengan sebuah atraksi Atraksi itu dimainkan dua orang, 1 orang didepan memainkan kepala dan sekaligus sebagai kaki depan dan 1 orang dibelakang sebagai pinggul sekaligus sebagai kaki belakang. Antraksi gerakannya menggambarkan, gerakan-gerakan dan sikap banteng sewaktu sedang berkelahi. Untuk menyemarakkan atraksi itu dilengkapi dengan musik terbang dan jidor.


2. Kesenian Ujung
Kesenian Ujung tumbuh menjadi kesenian rakyat sebagai visualisasi perjuangan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, pada saat mengalahkan bala tentara Tartar. Dalam atraksi kesenian ujung, dua orang petarung atau lebih melakukan aksi saling cambuk satu sama lain menggunakan rotan. Pertarungan dilakukan secara sportif dan dalam suasana bersahabat meski terkadang sampai bercucuran darah. Rotan adalah simbol senjata "Sodo Lanang" yang digunakan Raden Wijaya dalam pertempuran melawan bala tentara Tar-tar.

3. Kesenian Ludruk
Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik. Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski terkadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir angkotan,dll). Sebuah pementasan ludruk biasa dimulai dengan Tari Remo dan diselingi dengan pementasan seorang tokoh yang memerakan "Pak Sakera", seorang jagoan Madura.

sumber:(http://milha-syifa.blogspot.com/2011/05/kebudayaan-di-mojokerto.html)



MAKANAN KHAS MOJOKERTO

Onde-Onde

Onde-onde, makanan yang satu ini paling cocok di santap ketika sore hari sehabis hujan, saat dalam kondisi hangat ditemani teh melati panas. nikmat banget :-). Bagian luar yang gurih renyah bertabur wijen dan isi kacang hijau yang manis lembut dengan parutan kelapa menjadi paduan yang klop.
kalau dulu Onde-onde pasti isi kacang, sekarang sudah banyak variasi rasa, bentuk dan harga tentunya, dari harga 500 rupiah yang agak kenyal sedikit bila di kunyah, sampai 3000 juga ada. semua kembali kepada selera masing2.
Untuk harga yang murah bisa dijumpai di alun-alun mojokerto, biasanya pedagang mulai buka ketika jam menunjukkan angka 18.00 wib sampai pukul 22.00 wib setiap hari. sedangkan untuk yang lebih gurih dan enak dengan ukuran yang agak besar bisa didapatkan di toko kue sekitaran jalan protokol di mojokerto.

Sumber: (http://iwanobiwan.blogdetik.com/2012/02/06/makanan-khas-mojokerto/)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar